Upacara Karo Bromo dengan warga Tengger mengenakan pakaian adat.
Upacara Karo Bromo merupakan manifestasi dari kearifan lokal Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo. Setiap tahunnya, masyarakat Tengger dengan khidmat melaksanakan upacara ini sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada leluhur mereka.

Jelajah NusantaraUpacara Karo Bromo merupakan manifestasi dari kearifan lokal Suku Tengger yang mendiami lereng Gunung Bromo. Setiap tahunnya, masyarakat Tengger dengan khidmat melaksanakan upacara ini sebagai bentuk syukur dan penghormatan kepada leluhur mereka.

Upacara Karo Bromo, yang juga dikenal sebagai “riyaya”, memiliki tujuan utama untuk memanjatkan puji syukur kepada Sang Pencipta atas berkah yang telah diberikan sepanjang tahun. Selain itu, upacara ini berfungsi sebagai sarana penyucian diri dan penghormatan kepada nenek moyang. Masyarakat Tengger di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, secara rutin menyelenggarakan Upacara Karo Bromo ini dengan penuh semangat dan dedikasi.

Makna dan Sejarah Upacara Karo Bromo

Makna dan Sejarah Upacara Karo mencerminkan kekayaan budaya dan spiritual masyarakat Tengger. Selami lebih dalam makna dan sejarahnya di bawah ini!

Asal Usul Upacara Karo dalam Budaya Tengger

Upacara Karo Tradisi Suku Tengger adalah perayaan tahunan yang penuh makna sebagai ungkapan syukur dan penghormatan kepada leluhur. Upacara Karo berakar dari tradisi kuno Suku Tengger yang telah diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat Tengger, yang tersebar di wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang, meyakini bahwa perayaan ini merupakan simbol kelahiran manusia. Dalam kalender Suku Tengger, Karo menandai bulan kedua dari dua belas bulan yang ada. 

Makna Spiritual dan Filosofis bagi Masyarakat

Bagi masyarakat Tengger, Upacara Karo bukan sekadar ritual tahunan, melainkan juga momen refleksi spiritual. Perayaan ini menjadi waktu bagi komunitas untuk mempererat tali persaudaraan, memperbaharui komitmen terhadap nilai-nilai leluhur, dan memohon perlindungan serta kesejahteraan dari Yang Maha Kuasa. Melalui berbagai rangkaian ritual, mereka mengekspresikan rasa syukur dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Hubungan Upacara Karo dengan Sejarah Gunung Bromo

Gunung Bromo memiliki tempat istimewa dalam kepercayaan Suku Tengger. Selain sebagai pusat geografis, gunung ini juga dianggap sebagai tempat suci yang menjadi saksi berbagai ritual adat, termasuk Upacara Karo. Keberadaan Gunung Bromo dalam upacara ini mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam, serta penghormatan mendalam terhadap lingkungan sekitar.

Tradisi dan Kebudayaan dalam Upacara Karo

Tradisi dan Kebudayaan Mengupas makna dan keunikan upacara Karo, mulai dari pakaian adat, tarian sakral, hingga hidangan khas. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Pakaian Adat dan Perlengkapan Khas Upacara

Tradisi Suku Tengger menjaga kelestarian budaya melalui upacara adat seperti Yadnya Kasada yang sarat nilai spiritual. Selama perayaan Karo, masyarakat Tengger mengenakan pakaian adat yang khas. Pria biasanya memakai baju lengan panjang dengan celana panjang, dilengkapi dengan ikat kepala tradisional. Sementara itu, wanita mengenakan kebaya dengan kain batik, serta selendang yang disampirkan di bahu. Selain itu, berbagai perlengkapan upacara seperti sesaji, dupa, dan alat musik tradisional turut melengkapi rangkaian ritual.

Tarian dan Musik Tradisional dalam Perayaan

Tarian dan musik tradisional memegang peran sentral dalam Upacara Karo. Berbagai tarian sakral dipentaskan untuk menghormati leluhur dan dewa-dewa. Alunan musik gamelan khas Tengger mengiringi setiap gerakan penari, menciptakan suasana khidmat dan magis yang memukau setiap penonton.

Hidangan Khas yang Disajikan Selama Upacara

Kuliner tradisional juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Karo. Beragam hidangan khas disajikan sebagai simbol rasa syukur atas hasil bumi yang melimpah. Makanan seperti nasi tumpeng, sayur lodeh, dan aneka kue tradisional disuguhkan kepada para tamu dan peserta upacara, mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong masyarakat Tengger.

Perayaan adat Upacara Karo Bromo di kaldera.

Prosesi Sakral dalam Upacara Karo

Prosesi Sakral  Rangkaian ritual penuh makna yang dipimpin pemuka adat dengan khidmat. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Tahapan Ritual yang Dijalankan oleh Masyarakat Tengger

Upacara Karo terdiri dari beberapa tahapan penting yang harus dilalui. Dimulai dengan persiapan sesaji dan pembersihan diri, dilanjutkan dengan doa bersama di pura desa. Kemudian, berbagai pertunjukan seni tradisional digelar sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur. Puncak acara ditandai dengan prosesi utama yang melibatkan seluruh komunitas, diakhiri dengan jamuan bersama sebagai simbol kebersamaan.

Peran Pemuka Adat dalam Prosesi Upacara

Pemuka adat atau “Ratu” memiliki peran krusial dalam pelaksanaan Upacara Karo. Mereka memimpin setiap tahapan ritual, memastikan semua prosesi berjalan sesuai dengan tradisi yang telah diwariskan. Kehadiran mereka tidak hanya sebagai pemimpin upacara, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat Tengger.

Simbolisme dan Doa dalam Setiap Rangkaian Acara

Setiap elemen dalam Upacara Karo sarat dengan simbolisme mendalam. Sesaji yang disiapkan melambangkan persembahan terbaik kepada dewa dan leluhur. Tarian dan musik mencerminkan harmoni antara manusia dan alam. Sementara itu, doa-doa yang dipanjatkan mengandung harapan akan kesejahteraan, perlindungan, dan keberkahan bagi seluruh komunitas.

Lestarikan Upacara Karo sebagai Warisan Budaya Tengger

Di era modernisasi yang kian pesat, pelestarian tradisi seperti Upacara Karo menjadi tantangan tersendiri. Namun, masyarakat Tengger terus berupaya menjaga dan mewariskan budaya ini kepada generasi muda. Melalui pendidikan informal.

Referensi

  • https://www.pasuruankab.go.id/isiberita/warga-suku-tengger-di-tosari-bromo-meriahkan-hari-raya-karo
  • https://jalankebromo.com/upacara-karo-suku-tengger-jadwal-dan-tanggal-pelaksanaan/
  • https://www.pasuruankab.go.id/beritalike/4447/masyarakat-tengger-brang-kulon-gelar-upacara-karo